Kepala
RSU Lamadukelleng dr H. Baso Rahmanuddin, MM, MARS
Mengantar
RSU Terima Akreditasi 12 Pelayanan
Di
tengah kesibukannya mengurusi Rumah Sakit Umum (RSU) Lamadukelleng, sosok yang
dikenal santun, ramah dan bersahaja ini bersedia menerima kru mekar di ruang kerjanya. Baso
Rahmanuddin merupakan salah satu tokoh yang bisa dinobatkan sebagai pejuang
kesehatan daerah yang membawa banyak perubahan di RSU Lamadukelleng.
Pria
yang dikenal sebagai sosok yang mudah bergaul di semua kalangan ini banyak
bercerita tentang harapan, serta perjuangan yang telah dilakukan guna membangun
RSU Lamadukelleng. Berbagai penghargaan telah ditorehkannya selama menahkodai
RSU. Salah satunya yang terbesar adalah adanya sertifikat akreditasi 12
pelayanan rumah sakit tingkat lanjut.
Sertifikasi
tersebut merupakan bukti di bawah kepemimpinannya, RSU Lamadukelleng banyak
mengalami perubahan. Sertifikasi tersebut adalah bukti RSU Lamadukelleng kini
telah menerapkan stadar mutu pelayanan sesuai dengan keinginan pemerintah.
“Kita
patutu berbangga, baru RSU Lamadukelleng di tingkat kabupaten/kota yang
mendapatkan sertifikasi tersebut. Banyak rumah sakit tipe B yang ada di Sulsel belum
mampu mendapatkan sertifikasi tersebut dan masih berjuang di Kementrian
Kesehatan,” jelasnya.
Menurutnya,
di tahun 2011 pihak RSU banyak menerima keluhan-keluhan dari masyarakat terkait
pelayanan. Namun, kami optimis di tahun 2012 dengan peningkatan mutu pelayanan yang
telah ada, apalagi dengan adanya sertifikat akreditasi 12 pelayanan rumah sakit
tingkat lanjut, pelayanan akan semakin baik.
Sejak 1
Januari lalu RSU Lamadukelleng telah berstatus menjadi rumah sakit Badan
Layanan Umum (BLU). Kelebihan BLU adalah adanya fleksibilitas dalam pengelolaan
anggaran. Rumah sakit nonBLU harus menyetor pendapatan semuanya ke kas daerah
sehingga kebutuhan rumah sakit di awal tahun harus menunggu ketukan palu di
DPRD baru bisa terpenuhi.
Namun, RSU
yang berstatus BLU bisa langsung mendapatkan dana jika memang hal tersebut
untuk peningkatan pelayanan. “Hari ini masuk dananya besok sudah bisa langsung
diambil untuk kebutuhan rumah sakit jadi memang orientasi BLU adalah
peningkatkan pelayanan,” katanya.
Baso Rahmanuddi mencontohkan, jika
tiba-tiba ada wabah demam berdarah, wabah tersebut susah diprediksi baik dari
segi jumlah pasiennya serta kapan datangnya. Kalau harus dianggarkan dengan di
APBD dengan pola yang lama akan sulit. Selain fleksibilitas juga akuntabilitas
dan transparasi semakin baik dengan sistem BLU karena pembayaran langsung ke
bank.(*)
0 komentar:
Posting Komentar