Sutera Butuh Penanganan
Serius
Wajo
sejak lampau terkenal dengan potensi suteranya. Bahkan, hasil kerajinan sutera
Wajo telah dikenal luas dan banyak digunakan oleh masyarakat bukan hanya di
Indonesia bahkan di luar negeri. Menurut JICA, sebuah organisasi penyambung
tangan pemerintah Jepang di Indonesia, bahan sutera telah banyak digunakan
untuk pembuatan kimono (pakaian khas Jepang) saat ini.
Atas
potensi yang besar tersebut, Sengkang yang merupakan ibu kota Kab Wajo pun
telah dikenal dengan sebutan Kota Sutera. Namun, keunggulan Sengkang sebagai
kota sutera tersebut seakan semakin pudar seiring minimnya produksi dan bahan
baku sutera yang tersedia saat ini.
Sedikitnya
ada tiga hal utama yang menjadi kendala dan mesti menjadi pekerjaan rumah
pemerintah daerah untuk terus menumbuhkembangkan sutera tersebut di daerah.
Pertama
adalah masalah bahan baku. Benang yang dihasilkan dari kepompong ulat sutera
ternyata sudah semakin minim di Wajo. Hal tersebut disebabkan minimnya lahan
murbei yang merupakan tempat hidup binatang penghasil benang tersebut. Ketakpastian
pasar benang membuat para penghasil murbei urung untuk melanjutkan usaha dan
semakin menipis. Hal ini bahkan menjadi masalah utama di antara rantai masalah
produksi benang yang ada di Wajo saat ini.
Kedua,
masalah peralatan. Alat yang digunakan untuk memintal benang dinilai masih
sangat tradisional dan tak memungkinkan produksi benang sutera untuk menunjang
target Pemda menghasilakn 2 juta meter benang per tahun. Meskipun, saat ini
usaha untuk mendatangkan alat tersebut telah dilakukan. Namun, perlu langkah
pasti untuk perwujudannya.
Setelah
semua masalah tersebut terselesaikan, maka yang mesti menjadi fokus terakhir
adalah pemasaran dan promosi sutera tersebut. Langkah konkrit dan nyata
mestinya diwujudkan untuk membentuk sebuah perencanaan mengenai promosi sutera
tersebut.
Tentunya
harus dimulai internal masyarakat Wajo sendiri. Pemda sebelumnya telah
mewacanakan untuk mengganti pakaian batik menjadi pakaian sutera yang
diwajibkan digunakan oleh para pegawai negeri sipil (PNS) di lingkup Pemda.
Langkah ini jitu, untuk memulai membumikan sutera di tanah sendiri. Setelah
itu, barulah pemda mesti memikirkan bagaimana menjual kekayaan tersebut ke luar
agar lebih dikenal dan diminati lagi.(#)
1 komentar:
Siiipppp
Posting Komentar